dimanche 1 mars 2015

Merdu Sari 3, I Gede Madera lagu anak Bali

i Gede Madera
dengan dua istri dan 13 anaknya yang terpencar di Indonesia antara Bali, Jakarta dan yang tertua ada di Perancis, Paris.


8 september 1921 - 25 oktober 2007

Dibawah ini hidangan MERDU SARI jilid III
untuk sekolah dasar kelas 5 - 6
tulisannya ditahun 1950, yang di stencil dipercetakannya di Pemedilan Denpasar.
Dia menulis buku buku pelajaran anak sekolah dasar, yang pada waktu itu belum banyak ada diterbitkan, diantaranya:
  1. buku ilmu bumi Bali, Nusa Tenggara, Indonesia, tiga buku dimulai dari permulaan membaca denah pekarangan.
  2. Buku pelajaran bahasa Bali, dengan tulisan latin, 3 buku
  3. Buku pelajaran bahasa Bali dengan aksara Bali, 3 buku
  4. buku pedoman Pramuka dan lagu lagu pramuka, karena dia juga aktivis di Kepanduan Lord Robert Baden Powel
  5. Buku Merdu Sari I, II, III, tiga buku

Selain itu dia juga bekerja di Kantor Pendidikan Jasmani, mengarang senam pagi yang dia ajarkan disekolah-sekolah rakyat di Denpasar,  dengan sepeda motor Ducati nya. Waktu itu saya di sekolah rakyat Pemecutan, teringat, setiap pagi dari jam 07:00-07:15 kita bersenam pagi sebelum duduk dibangku sekolah. Dia pernah menjabat kepala sekolah SR Pemecutan, Denpasar , Bali. Seorang guru, pendidik yang tekun, dedicated/berbakti, dan keras, tajam, besar semangat.
Pemain badminton, tenis, sepak bola, waktu kecilnya, penabuh gamelan, setelah dewasa juga belajar mematung kayu, dengan keluarga di Maspahit, Denpasar.
Dihari tuanya dia menciptakan sejenis ukulélé bersenar plastik dari tempurung kelapa, sehingga dia terjuluk sebagai empu siung, sebagai pengasuh cucu keluarga mangku dajan pura Tambangan Badung, dengan orkes gitar tempurung kecil nya.

Awal pemunculan ciptaan "ukulele tempurung Pramuka" ini, adalah ketika saya mengundang dia (Bapak saya) dan ibu saya bersama datang ke Perth, Australia, ditahun 1988, untuk menonton MAHABHARATA sutradara Peter Brook, dari CIRT dan CICT Paris, grup teater international berbagai bangsa ikut didalamnya, saya terkait didalamnya 1979-1991, 4 produksi.
Di Perth, saya kenalkan dia dengan ERHU, biola cina, yang pada waktu itu saya bawa selama tour, untuk hiburan sendiri, mengolah kesengan bermain Erhu. Sayapun "menantangnya": "masakan bapak nggak bisa bikin biola seperti ini? Seperti mempermainkan rebab, badan bersikap tegak duduknya, tenang dihati, seni mengesek senar, menghalus bayu ........"
Kiranya, sepulangnya ke Bali dari Australia setelah menonton anaknya yang telah menjadi orang urakan made in WS Rendra Joryakarta, mungkin si Erhu itu menerbit angan creatifitasnya membikin alat musik, tapi bukan musik gesekan senar, tapi alat musik kencrungan menggitar gayanya.
Seperti terlihat digambar diatas, orkes yang beranggotakan keluarga besar kita, cucu-cucunya, sedang melagukan lagu lagu gubahannya, lagu tradisi anak Bali, diwaktu upacara 35 hari anak saya,  ditahun 2000, Lutchia Sudana-Cleator di Penatih, Denpasar Timur, Bali, Indonesia.
Sekarang I Gede Madera telah mengawang awang, di"aben" kan (crémacie) ditahun 2007, tinggal bayangan di kenangan, telah menyubur menghidup kesenian di anak-cucunya... SEMOGA.
Apa yang telah diolahnya telah membenih diturunannya, sekarang tinggal siapa yang akan menghidupkan "benih tidur" didirinya.
Bakat akan bangkit, bila lingkungan (patra) mengmangku menyubur tumbuh sang benih. Lingkungan, adalah manusia juga yang harus mencipta, membangun, memeliharanya;



Terima kasih untuk Bu Tu Basé (Kati/Catherine Basset) dari Abianbasé/Bali-Paris,
yang telah meminjamkan 3 buku tulisan bapak saya dari perpustakaan pribadinya, adalah artist, juga penceramah cemerlang di INALCO dan CNRS Paris.














pupuh Midjil














Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire